Pawinihan, Nganjuk - Sejumlah Aktivis Pecinta Alam di Kab.Nganjuk berencana menggelar Ekspedisi Mata Air Ekspedisi yang bertujuan untuk memu...
Pawinihan, Nganjuk - Sejumlah Aktivis Pecinta Alam di Kab.Nganjuk berencana menggelar Ekspedisi Mata Air Ekspedisi yang bertujuan untuk memulihkan kembali mata Air di Kab.Nganjuk ini diinisiasi oleh 3 organisasi, yakni Pelestari Kawasan Wilis, Mahasiswa Pecinta Alam Duta Wilis serta Forum Peduli Bencana Indonesia.
Ketiga Lembaga ini kemudian sepakat untuk berkolaborasi dalam aksi penyelamatan mata Air di kota Angin, yang kini kian kritis.
Ketua Pelaksana, Zainul Sufarudin mengaku prihatin dengan kondisi lingkungan di kota kelahirannya, terlebih ketika musim kemarau, kondisi sungai sebagian besar wilayah Nganjuk mengalami kekeringan.
"Kita bisa melihat, fungsi sungai di Nganjuk telah berfungsi sebagai jalan setapak, dan kondisi lahan pertanian mengalami kesulitan air, sehingga rekan2 pecinta alam merasa perlu untuk menginisiasi gerakan bersama (kolaborasi) untuk menyelamatkan mata Air" ujarnya di saat ditemui di Pawinihan, 24 Agustus 2022
Hal senada juga dituturkan Ektavianto, Ketua FPBI yang mengatakan perubahan iklim memicu bencana hidrometrologi, dan sebagai imbasnya juga di alami kab.Nganjuk. Peran komunitas, lanjut Ekta, harus di kuatkan dalam partisipasi aktif dalam aksi mitigasi (pencegahan).
"Fokus penanganan bencana lebih diprioritaskan pada tanggap darurat bencana, maka mindset nya harus diubah menjadi upaya pencegahan, dan salah satunya adalah aksi penyelamatan mata air" ujarnya
Selaku inisiator Ekspedisi Mata Air, lanjut Ekta, pihaknya merasa perlu ada upaya penyelamatan mata air dari kalangan anak muda, sebab selama ini keterlibatan komunitas / anak muda dalam upaya pengurangan resiko bencana masih terbilang minim. Kesadaran kolektif dari generasi muda harus di bangun sejak dini, sebab persepsi penanggulangan bencana masih fokus pada penanganan paska bencana.
"Saat terjadi bencana / tanggap darurat, banyak sekali dukungan personil relawan dan bantuan logistik, namun minim sekali organisasi/komunitas yang berminat melakukan kegiatan mitigasi / prabencana" tandasnya
Sementara itu, Penanggung Jawab Ekspedisi Mata Air, Tofan Ardi mengatakan kondisi mata Air yang kritis di Kab.Nganjuk di picu oleh penurunan kualitas lingkungan serta deforestasi akibat alih fungsi hutan. Padahal, lanjutnya, Titik lokasi mata air ini harus mendapatkan perlindungan khusus dalam spektrum zona yang lebih luas, tidak hanya daerah sekitar titik mata air saja, tetapi juga wilayah sekitar mata air.
Data kajian Tim Ekspedisi menunjukkan, sebagian besar mata air berada di kawasan hutan kritis sehingga mendesak untuk dilakukan upaya pemulihan secara zonasi spasial yang terdiri atas: titik lokasi mata air berada, daerah sekitar mata air, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) mata air (springshed).
Setiap zona perlindungan memiliki karakteristik dan tujuan perlindungan yang spesifik, sehingga pemetaan yang di lakukan tim Ekspedisi ini, menjadi dasar penentuan strategi konservasi di masa mendatang.
"Hasil ekspedisi ini akan menjadi rujukan bagi pihak terkait untuk mengambil kebijakan perlindungan mata air di kab Nganjuk" pungkasnya (*)