I T Camp Pelestari 2024 telah usai digelar. Kegiatan yang di gelar di Bukit Cinta selama 2 hari (21-22 Desember 2024) ini dihadiri 23 pesert...
IT Camp Pelestari 2024 telah usai digelar. Kegiatan yang di gelar di Bukit Cinta selama 2 hari (21-22 Desember 2024) ini dihadiri 23 peserta dari STT Pomosda, SMAN Loceret, SMKN 1 Kertosono, SMAN 1 Pace, MAPK AL-HIDAYAH, Institut Teknologi Mojosari, Universitas PGRI Mpu Sindok
Pada hari 1, peserta yang umumnya berstatus mahasiswa dan pelajar ini saling berbagi kisah dan ilmu pelestarian yang di kemas dalam diskursus bertema pembuatan Jurnal Lingkungan : yang mengusung tema "Literasi Untuk Lestari"
Ketua Umum Pelestari Kawasan Wilis, Tofan Ardi menyampaikan 3 materi yakni dasar-dasar penulisan jurnal yang memuat tentang definisi pelestarian lingkungan, pembuatan narasi dan diksi tentang upaya tanggap perubahan iklim serta teknik amplifikasi konten dengan pemetaaan kartografi budaya
Foto: 23 Peserta IT CAMP Pelestari |
Menurut Tofan, saat ini generasi muda kita telah kehilangan narasi tentang bagaimana menjadi pribadi pelestari. Maraknya konten di media sosial yang menjadi trending (FYP) belum bisa dikatakan berbanding lurus dengan upaya genZ dalam gerakan melawan perubahan iklim
Padahal menurutnya, generasi muda dapat berperan dalam mengurangi pemanasan global melalui partisipasi aktif berkampanye di media sosial melalui konten2 yang berisi ajakan untuk membuat bumi tetap lestari
“Salah satu konten yang paling mudah adalah berisi ajakan anak muda untuk ikut dalam aksi penanaman, minimal melakukan penanaman pohon di rumah masing-masing” ujarnya
Konten ini, lanjutnya, harus memuat unsur 5W1H, misalnya kenapa harus menanam pohon puring, apa kelebihan puring di bandingkan pohon lain?
Dhedhi Irawanto, S.HUT, M.KP saat menyampaikan materi |
Sementara itu, Koordinator Jabatan Fungsional, Penyuluh Kehutanan Dishut Jatim CDK Wil.Nganjuk, Dhedhi Irawanto, S.HUT, M.KP menambahkan perubahan mindset generasi muda di butuhkan untuk meningkatkan kepekaan (awareness) sebagai langkah awal sebelum melakukan aksi.
Dalam kegiatan Konservasi tidak bisa dipisahkan dari Literasi. Sebab untuk menumbuhkan semangat pelestarian di butuhkan diskursus berupa penyadaran kolektif kepada generasi muda (GenZ), guna memastikan alam yang kita huni saat ini masih terus berlanjut hingga masa mendatang” ujarnya
IT Camp Pelestari juga memberikan pemahaman tentang konten digital Ilustrasi yang menitikberatkan pada desain ilutrasi sebagai senjata untuk kampanye melawan perubahan iklim
“Gambar memiliki peran penting dalam penyampaian pesan secara tersirat, sebab ketika sebuah tulisan / narasi dianggap tidak mampu menjelaskan konteks peristiwa, maka gambar menjadi solusi efektif. ujar Taqwa Putra, selaku pemateri Digital Ilustrasi
Taqwa Putra, saat menyampaikan materi Digital Ilustrasi |
Pendiri Rumah Kreatif “Desperate Squirell” ini menambahkan melalui gambar, kita bisa mengajak anak muda di seluruh dunia agar mau peduli, tanpa terkendala kemampuan bahasa.
Di hari kedua (22 Desember 2024), seluruh peserta diajak untuk menyusuri hutan yang berada di Bukit Cinta. Hutan yang masuk dalam administrasi Desa Ngepeh, dan dikelola oleh Perhutani ini merupakan jenis hutan musim atau hutan muson
Para peserta diajak untuk mendaki ke Bukit Cinta untuk memantau satwa (aves) yang ada di kawasan ini.
Akhmad Dzulkhilmi saat menyampaikan materi |
Akhmad Dzulkhilmi, Bidang Konservasi Pelestari Kawasan Wilis selaku pemateri menjelaskan kendati hutan ini berstatus hutan produksi, namun keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya masih sangat lengkap
“Kita masih dapat menemukan berbagai jenis burung (Aves) seperti Burung Bubut, Tengkek, Srigunting bahkan bangsa Aves lain bergenus Galus seperti Ayam Hutan masih kerap berkeliaran mencari makan di hutan Sono Keling.
Hewan Mamalia seperti Tupai juga banyak di jumpa sehingga bisa dikatakan hutan ini masih Lestari” ujarnya
Acara IT Camp Pelestari ditutup dengan mengajak peserta untuk menulis sebuah jurnal lingkungan dalam blog pelestariwilis.or.id harapannya, para peserta dapat menyampaikan ide dan gagasannya dalam upaya melestarikan alam melalui karya Literasi untuk mewujudkan Bumi yang Lestari (*)