Pagi itu, Mentari mulai menyingsing, embun masih hinggap di dedaunan. Sebuah pemandangan indah di pagi yang cerah . Serupa, apa yang di ga...
Pagi itu, Mentari mulai menyingsing, embun masih hinggap di dedaunan. Sebuah pemandangan indah di pagi yang cerah. Serupa, apa yang di gambarkan para pujangga Jawa dalam karya sastra : “Bagaskara manjing kawuryan, sinaring mbabar pajar pindha slaka binabar”
Di Bukit Cinta, puluhan pemuda - pemudi telah bersiap untuk mendaki ke puncak bukit. Di antara mereka, di tangannya masih terlihat sisa tanah. Ya, mereka baru saja menanam bibit alpukat di sekitar wana wisata Bukit Cinta.
Agenda tanam ini merupakan rangkaian dari kegiatan IT Camp Pelestari yang digelar Pelestari Kawasan Wilis yang di ikuti oleh 23 pelajar / mahasiswa dari berbagai kampus dan SMA.
“Rekan2 pelestari yang telah selesai menanam, bisa segera berkumpul untuk melanjutkan agenda selanjutnya” ujar Achmad Dzulkhilmi, selaku pemateri Wildlife Photografi [1]
Puluhan pemuda-pemudi inipun segera bergegas berkemas, mereka tampak sibuk mempersiapkan peralatan berupa kamera atau ponsel beresolusi tinggi, dan tak ketinggalan catatan beserta pulpen
Selang beberapa waktu, mereka bergerak menyusuri hutan menuju ke puncak bukit. Jaraknya hanya sekitar 300 meter, di mulai dari ketinggian 117 mdpl menuju ke 140 mdpl.
Ya, secara elevasi Bukit Cinta tidaklah tinggi, hanya saja pada ketinggian 125 mdpl menuju 140 mdpl, peserta harus berjalan naik dengan rata-rata bonus elevasi (elevation gain) 17,3 meter. Artinya, total ketinggian yang harus di tempuh (mendaki) naik secara vertikal adalah 17,3 meter [2]
Sekedar informasi, Bukit Cinta berada dalam kawasan hutan produksi yang di kelola Perhutani di petak 86A. Termasuk jenis hutan musim / hutan muson yang berada di daerah beriklim muson tropis, yaitu daerah yang memiliki musim kemarau dan hujan yang jelas. [3]
Tiba di atas bukit, pemandangan indah langsung menyapa, di sisi utara nampak panorama kota Nganjuk di pagi hari, sementara di sisi selatan tampak Gunung Wilis yang gagah menjulang
Para peserta beristirahat sejenak menikmati pemandangan, sebagian tampak mondar-mandir mencari spot foto untuk sekedar mengabadikan momen, sebagian lagi duduk di atas bebatuan besar yang jamak ditemui di sela-sela tajuk pepohonan
Merujuk pada peta morfologi yang di rilis Indonesia Geospasial [4] , Hutan di Desa Ngepeh merupakan dataran perbukitan yang terbelah kuat pada aliran lava menengah/dasar.
Formasi geologi ini merupakan endapan yang terdiri dari material sedimen yang mengisi cekungan dengan formasi batuan penyusun.
Endapan sedimen paling besar berupa Alluvium (tanah liat), dan rentan tergerus saat musim hujan, maka jangan heran bila hujan deras, limpasan air-nya membawa sedimen menuju hilir dan membuat air sungai menjadi keruh berwarna coklat
Limpasan air ini, menyebabkan tanah tergerus dan menyisakan bebatuan di Bukit Cinta yang di dominasi jenis Andesit. Jenis ini [5], merupakan batuan beku vulkanik, sehingga hanya tanaman tertentu yang memiliki akar tunjang yang dapat hidup di sekitar tanah berbatu
Usai melepas penat dengan bersandar / duduk di bebatuan, peserta beranjak melanjutkan aktivitas. Kali ini, pemateri mengajak memantau burung.
Bagi para konservasionis, aktivitas pemantauan ini kerap disebut Birdwatching, yang merujuk pada kegiatan pengamatan burung liar yang dilakukan di alam bebas dengan mata telanjang, mendengarkan suaranya, maupun menggunakan bantuan teropong binokular dan monokular.
Menurut data Pelestari Kawasan Wilis, di areal ini masih dapat kita jumpai satwa jenis burung (Aves) seperti Burung Bubut, Tengkek, Srigunting bahkan bangsa Aves lain bergenus Galus seperti Ayam Hutan masih kerap berkeliaran mencari makan di hutan Sono Keling
Lebatnya tajuk pepohonan di kawasan hutan Ngepeh menjadi surga berlindung bagi satwa. Populasi burung ini seakan menyatuh dengan rimbunnya sonokeling yang -kini masuk dalam- rentan terhadap kepunahan.
Status kelangkaan pohon sonokeling ini masuk dalam daftar Apendiks II berarti bahwa Sonokeling belum terancam punah, namun perdagangannya harus dikontrol agar tidak menjadi terancam [6]
Selain Sonokeling yang rentan punah, burung Srigunting yang menghuni hutan Ngepeh inipun masuk dalam daftar merah rentan kepunahan. [7]
Melihat kondisi ini, tentu dibutuhkan kerja konservasi yang fokus, agar hutan ngepeh tetap menjadi penyangga Ekologi sekaligus kawasan penyangga Ekonomi bagi makhluk yang ada di dalamnya.
Usai diajak untuk berkeliling menelusuri hutan Ngepeh, para peserta bergegas turun ke lokasi IT Camp untuk bersiap pulang.
Pesan moralnya dari kegiatan hari kedua ini adalah, Kita berdiri diatas bumi yang sama, dan bernaung di langit yang sama, maka tak ada alasan untuk tidak peduli dalam aksi pelestarian
Salam Lestari
Referensi :
[2] Elevation Gain / Loss, Earth Google Project, Street Path Bukit Cinta 2024
[3] Anwar Kurnia.2007.IPS 2A SMP.Penerbit:Yudhistira.10
[7] The IUCN Red List of Threatened Species. Red List Overview